Jumat, 26 Juli 2019

CERITA SEX BERCINTA DENGAN CEWEK LIAR


Nama gw Hendy, gw kerja sebagai roomboy di sebuah hotel berbintang empat.
Kerjaan yang enak sebenernya, bisa liat-liat kamar orang sembarangan, dan cerita ini adalah saat gw dapet jackpot di sebuah kamar.

Pagi itu seperti biasa setelah menyiapkan trolley gw mulai menyatroni kamar satu persatu.
Sekitar jam 9 setelah kelar 2 kamar, gw parkir trolley di depan kamar ketiga, setelah 3 kali mencet bel gak ada yang keluar gw masuk.
Dari dalam kamar mandi terdengar suara shower, begitu nyampe ke kasur gw lihat seorang wanita dbalik selimut lagi asyik maenan hp.

“mau dibersihkan kamarnya mbak?” tanya gw berusaha sopan,

“oh boleh mas, umm saya harus keluar dari ranjang nih?”

“iya mbak, spreinya kan harus diganti” yup gw saat itu lagi megang seprei di tangan gw

Memberi isyarat tunggu, kemudian wanita itu mengambil baju yg diletakan di meja kecil di sisi ranjang.
Kemudian ia beranjak bangkit setelah memakai baju itu, baju yg sangat kebesaran, wanita berdarah chinese dengan rambut coklat sebahu, umur mungkin sekitar 20-24an, tinggi kekira 160cm, mungil memang, namun memiliki dada yang (sangat) besar, bahkan dari balik baju yang sangat kebesaran itu dadanya masih terlihat menonjol, dengan puting yang perlahan menceplak dibalik baju.

Wanita itu kemudian berdiri di sudut ruangan, memperhatikan handycam yg berdiri dengan tripod di sudut ruangan, sementara gw mengganti sprei sambil sesekali mencuri lihat kearah wanita itu. junior gw mulai tegang ga karuan ngeliat wanita hanya berbalut baju putih tipis.
Ga lama sesosok pria paruh baya berbadan agak gemuk keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk.
Ia langsung berjalan menghampiri wanita itu.

“tuh kaan om, jelek hasilnyaaaa” wanita itu memperlihatkan hasil rekaman kepada pria itu.

“mau gimana lagi, kan tripod kalo dipegang lebih jelek lagi”

Kemudian mereka berdua berbisik, entah apa yang mereka bicarakan ga kedengeran.
Hanya akhir perbincangan yg gw denger

“tapi aku malu om” “gapapa, anggep aja salah satu temen om”

Kemudian pria itu menghampiri gw yang baru saja kerja mengganti sprai mereka (maklum 3 lapis, agak lama).

“mas, bisa bantu saya ga?” tanya pria itu

“bantu apa ya pak?”

“saya mau minta tolong, rekamin saya ama si eneng dong, buat kenang-kenangan, nanti malam saya harus terbang pulang”

“rekam apa ya pak?” gw kembali bertanya untuk memastikan

“rekamin kami main lah mas, di tripod jauh banget, kalo saya pegang ga fokus, butuh orang yang rekamin”

“kenapa ga make jasa juru rekam aja pak?”

“saya mau bikin koleksi pribadi, bukan film bokep buat ditonton orang, ga perlu ampe profesional gtu kan, saya minta kamu karena kamu ga mungkin berani macem2, bisa masuk penjara kamu kalo berani macem2”

“kenapa harus saya pak…”

“gini deh mas, saya bayar mau apa gak?”

Widih, ngeliat gadis telanjang, dibayar pula, siapa yang nolak rejeki gini!
Gw kemudian meminta izin untuk merapikan trolley.
Gw sembunyikan trolley di ruang pantry, kemudian memasang tanda “privacy” di pintu, dan menguncinya.
Kami kemudian melakukan briefing sebentar.
Dari situ gw tau wanita itu bernama Lusi, umur 21, dan pria itu mengaku bernama Sam (di daftar tamu namanya Samsuri)

Dari briefing singkat itu diputuskan gw boleh mengambil video sedekat mungkin, tangan gw juga boleh ngasih isyarat biar gambar yg diambil bagus, tapi ga boleh megang daerah terlarang Lusi, agak kentang juga sih sebenarnya, tapi gapapa lah lumayan.
Video ini tanpa cut sama sekali jadi gw ga boleh ampe bad angle, damn juga sih.

Setelah semua setuju, gw ngambil handycam yang masih berdiri tegak di tripod, sedangkan Lusi berdiri menghadap jendela, membelakangi gw.
Sam kemudian memeluk Lusi dari belakang dan perlahan menaikan kaos yang dipakai Lusi.
Gw lihat Lusi masih nampak malu, namun sam sepertinya tanpa ragu membuka kaos yg dipakai Lusi.
Tangan Lusi langsung menutupi dada dan vaginanya, Sam langsung membisikan sesuatu di telinga Lusi.
Nampak sekali Lusi masih malu untuk telanjang di depan orang yang baru dikenalnya.

Dan gw hanya memperhatikan mereka dari ¾ belakang.
Setelah beberapa saat membisikan sesuatu, tangan Lusi nampak mulai turun, berganti kedua tangan Sam yang memegang penuh kedua dada Lusi.
Secara perlahan mereka berbalik arah.
Kini mereka berdiri tepat berhadapan dengan gw.
Kedua tangan Sam menutupi dada Lusi, namun telapak tangan Sam tidak cukup besar untuk menutupi dada Lusi yang memang besar, sedangkan kedua tangan Lusi menutupi vaginanya, ia hanya tertunduk malu.

“udah gapapa hunny, anggep aja ga ada orang kita berdua doang”, bujuk Sam lembut

“gapapa gimana, aku malu sayang…. “ Lusii menjawab dengan wajah yg masih tertunduk

Lusi yg berdiri di hadapan gw nampak berbeda dengan Lusi yang gw liat ketika pertama masuk kamar ini.

“gini, gimana kalo kita mulai dari pakaian lengkap? Biar mbak Lusi agak lebih biasa, juga biar hasilnya ga rekaman ml doang, kan menggairahkan banget tuh proses bugilnya” gw berusaha memberi masukan, dan mereka nampaknya setuju.

Lusi kemudian menarik handuk yang masih melingkar di pinggang Sam, ia menggunakan handuk tersebut untuk menutupi tubuh bagian depannya dan melangkah cepat menuju lemari, sedangkan Sam masih berdiri dengan penis yang sudah mulai menegang (sialnya gw liat)

Adegan dimulai, sam bersandar ke kepala ranjang dengan posisi duduk.
Gw mengambil gambar kearah lemari, dan Lusi mulai berjalan masuk ke dalam frame.
Ia mengenakan piyama satin berwarna merah padam.
Raut wajahnya masih agak malu.
Sam memberi isyarat pada Lusii untuk duduk di samping kirinya. Kemudian Sam mulai melumat bibir Lusi, awalnya Lusi masih kaku ketika berciuman disorot kamera, namun seiring libidonya bangkit ia membalas ciuman Sam.

Mereka berdua semakin ganas saling melumat, gw menyorotnya cukup dekat.
Sam kemudian melingkarkan tangannya di sekitar perut Lusi, memposisikan Lusi tidur telentang sambil terus berciuman dengan ganasnya.
Tangan kanan Sam kemudian meremas dada kiri Lusi.
Nafas Lusi semakin memburu, dan junior gw mulai menegang merekam adegan ini.

Gw kemudian menginstruksi posisi mereka, Sam sepertinya paham dengan kode yg gw kasih.
Ia kemudian duduk bersandar dengan posisi kaki diregangkan, ia memeluk Lusi dari belakang.
Sam lalu menjilati leher Lusi, sesekali mencupangnya hingga menimbulkan bekas kemerahan.
Kedua tangan Sam sibuk meremas kedua dada Lusi.
Suara lenguhan mulai terdengar, tangan Lusi berada di paha Sam, namun Lusi terus menutup matanya, mungkin ia sedang memotivasi diri dengan ga liat gw.

Ya memang gw duduk bersila tepat di hadapan mereka. tangan kiri Sam beranjak turun, sepertinya Lusi paham ia langsung meregangkan kakinya untuk mempermudah Sam.
Tangan kiri sam masuk ke dalam celana Lusi, sesaat tubuh Lusi terhentak seperti mendapat rangsangan hebat, yup jemari Sam kini bermain di bibir vagina Lusi.
Sementara tangan kanan Sam mulai melepas kancing piyama Lusi satu persatu. tanpa menunggu perintah, Lusi membantu melepaskan atasan piyamanya ketika semua kancing terbuka, kini ia mengenakan bra berwarna krem, bra itu tak cukup menahan kedua dadanya yang seperti siap melompat keluar.

Kedua tangan Sam kembali meremas dada Lusi, seperti terganggu dengan bra yang dipakai, sam melepaskan pengait dan dalam sekejap bra itu dilempar Sam ke sembarang arah.
Kini nampak dada Lusi bergerak liar.
Sam meremasnya dengan ganas, ia kemudian memainkan puting Lusi yang sudah menegang berwarna pink kecoklatan.
Juniorku sepertinya sudah berdiri tegak ketika melihat dada Lusi yang begitu besar dan kenyal.
Sam kemudian memberi instruksi agar Lusi menghisap penisnya.

Lusi kemudian membalikan badannya, tangannya perlahan mengocok penis Sam.
Lalu Lusi mulai memasukan penis itu kedalam mulutnya, perlahan ia mengulum penis itu sambil tangan kanannya mengocok pangkal penisnya.
Kuluman Lusi semakin cepat ketika tangan Sam kembali meremas remas dada Lusi.
Kini Lusi sudah berani melihat kamera.
Ia bahkan seperti tersenyum ketika melepas kulumannya dan mengocok penis Sam dengan cepat lalu kembali mengulumnya.

Beberapa menit berlalu dan Sam menarik kepala Lusi untuk berhenti mengulum penisnya, haha sepertinya dia mau keluar.
Kemudian mereka berganti posisi, Lusi tidur telentang.
Sam kembali melumat bibir Lusi, lalu turun menjilati leher hingga dadanya.
Sam menjilati dada Lusi dengan ganas, ia bahkan beberapa kali menggigit kecil puting Lusi.

Lalu jilatan Sam kembali turun, sebentar ia menjilati pusar Lusi, kemudian sampai di batas celana.
Kedua tangannya kemudian menggenggam dua sisi pinggang Lusi dan dengan ganas menurunkan celana beserta CD Lusi.
Dan nampaklah vagina Lusi yang berwarna pink merekah hampir tak ditumbuhi bulu.
Sepertinya Lusi sangat rajin mencukur vaginanya.

Mereka kini bertelanjang bulat, dan junior gw sudah berdiri sangat tegak melihat tubuh Lusi yang begitu luar biasa.
Sam nampak kesulitan menjilati vagina Lusi, ya memang posisinya membuat vagina itu agak tertutup.
Kemudian Sam mengangkat dan merentangkan kedua kaki Lusi, membuat vagina Lusi mudah untuk dijilati.
Dan tak butuh waktu lama untuk kepala Sam tenggelam diantara pangkal paha Lusi.
Sesaat tubuh Lusi membusur dan lenguhan terdengar cukup nyaring.

Gw bingung gimana nyorot vagina Lusi karena semua yg terlihat Cuma kepala Sam dengan rambut yang mulai menipis.
Akhirnya gw sorot Lusi yang terus melenguh.
Kedua tangannya meremas memainkan dadanya sendiri.
Lusi terus mendesah, matanya merem melek keenakan.
Sekian detik Lusi ga sadar gw nyorot dadanya begitu dekat, udah di ubun ubun gw pengen meremas dada Lusi yang nampak besar dan kenyal itu. tapi apa daya karir taruhannya.

Gw nyorot naik, biar dapet ekspresi dan lenguhan Lusi.
Ia nampaknya sadar gw nyorot begitu deket ke wajahnya, gw berlutut di kasur tepat di samping Lusi.
Ia melihat kearah handycam dan memasang muka menggoda.
Ia menggigit kecil bibir bawahnya.
Entah Lusi sebenernya menggoda gw atau ekspresi ke handycam, yg jelas ia sudah sama sekali ga menunjukan ekspresi malu.

Libidonya sudah sangat tinggi sepertinya.
Beberapa saat ia kembali membusur dan meracau keras.
“aaahhhhh” nampaknya ia mengalami orgasme pertamanya.
Dan tak diduga tangan kanannya tiba mencengkram junior gw.
Mukanya sedikit kaget bercampur sange.
Yup ukuran penis gw jauh lebih besar dari Sam.
Jemari Lusi perlahan mengocok penis gw yang masih terbungkus celana.

Lusi memberi kode untuk gw merubah posisi merekam, gw yg tadinya di sebelah kanan Lusi kini berlutut di sebelah kirinya.
Ia kemudian menyilangkan kakinya, mengunci kepala Sam diantara pangkal pahanya, dan Sam semakin ganas menjilati vagina Lusi. Tangan kanan Lusi menjambak mesra rambut Sam, lalu ia membenamkan kepala Sam di pangkal pahanya.

Tangan kiri Lusi perlahan menarik tangan kiri gw yang memang ga memegang handycam.
Ia menariknya kearah dadanya, dan tanpa ragu gw meremas dada Lusi.
Begitu besar kenyal dan lembut, gw meremasnya semakin keras sambil sesekali memilin putingnya.
Lusi meracau tak karuan.
Gw berusaha keras memikirkan bagaimana cara menjilati dada Lusi. namun terlambat, Sam menengadahkan kepalanya dan dengan cepat gw menarik tangan gw dari dada Lusi.
Sam sepertinya ingin langsung menusukan penisnya kedalam vagina Lusi.
Gw berusaha menahan agar Sam tak buru buru ml.
Gw kemudian nyorot tubuh Lusi, dari dada turun hingga atas vaginanya.
Sam tau maksud gw, jemarinya memainkan bibir vagina Lusi, gw menyorotnya dengan jarak yang sangat dekat.
Dua jari Sam mencoba membuka bibir vagina Lusi.
Terlihat sangat jelas vagina pink merekah itu sudah sangat basah, entah liur Sam atau memang dari cairan vagina Lusi.

“sayaang kiss me” Lusi tiba merajuk.
Sam hanya tersenyum sesaat, ia yang telah duduk di samping Lusi kemudian kembali melumat bibir mungil Lusi.
Tangan Sam kembali memainkan dada Lusi, sedangkan Lusi memeluk Sam sangat erat, salah satu tangannya mendorong kepala Sam agar tak menghentikan ciuman mereka.
kaki Lusi yang sempat merapat tiba direntangkan sangat lebar, well gw tau nih maksudnya.

Kemudian gw mengarahkan kamera sangat dekat dengan dada Lusi yang sedang diremas remas oleh Sam, sementara tangan kiri gw perlahan menyentuh bibir vagina Lusi.
Ga ada respon apapun seperti menutup kakinya, berarti memang boleh, dan tanpa buang waktu gw memasukan jari tengah gw ke liang vagina Lusi.
Terasa sempit dan sangat basah.
Tetiba Lusi merapatkan kakinya, bersamaan dengan kepala Sam yang bangkit.

Sam sepertinya sudah tak sabar, dengan segera ia memposisikan tubuh Lusi dan mengarahkan penisnya ke bibir vagina Lusi, setelah beberapa gesekan penis itu masuk ke dalam liang vagina Lusi. Perlahan Sam memompa vagina Lusi, ia kemudian mempercepat temponya.
“mmppff, ahhhh…..” Lusi meracau keras sambil kedua tangannya meremas dadanya.

Beberapa menit berlalu, Sam seperti kehabisan tenaga.
Ia membalikan posisi, kini mereka berada di posisi WOT.
Tubuh Lusi bergerak naik turun, dadanya bergoyang bebas.
Lusi kemudian mempercepat tempo permainannya, kedua tangan Sam meremas dada Lusi, membuat libido Lusi semakin meninggi.

“ahhh oomm….mau keluaar”

“mppff ahhh…om juga sayaang…”

Dan tubuh mereka meregang bersamaan, beberapa detik kemudian Lusi yang sudah lemas menjatuhkan diri ke ranjang.
Ga mau kehilangan moment gw langsung menyorot vagina Lusi, tangan kiri gw meregangkan paksa kaki Lusi.
Terlihat jelas cairan putih meleleh keluar dari lubang vagina Lusi.
Nafas Sam nampak sudah terengah engah, begitu pula Lusi, tapi entah kenapa lebih terdengar seperti nafas yang masih memburu.
Ya memang permainan mereka terbilang cukup singkat, jauh lebih lama foreplaynya.
Dan CUT..!! pengambilan video selesai.
Gw melipat layar handycam dan mematikannya.

Sam berusaha bangkit untuk melihat hasil rekaman, sedangkan Lusi membersihkan sisa cairan kental yang masih keluar dari vaginanya dengan tisue.
Mata gw masih ga bisa berpaling dari tubuh Lusi yg telanjang bebas di atas ranjang.
Sam nampak puas dengan hasil rekaman gw.
Setelah ia selesai menonton rekaman tersebut, ia kembali memberikan handycam ke gw.
Sam beranjak menuju kamar mandi, katanya sih mau mandi, siapa peduli.
Gw duduk di tepi ranjang, ngeliat hasil rekaman gw barusan, well menggoda banget ampe buat junior gw kembali naik.
Lusii juga beranjak duduk di samping kiri gw, kami nonton rekaman itu bersama.

Tiba tangan Lusi menggenggam junior gw yg udah berdiri keras dibalik celana.
“pengen ya?” goda Lusii.
“banget lah, siapa yg ga mau ama cewek secantik kamu” gw hanya menjawab seadanya, takut juga karir taruhannya.
“yuk.. aku masih pengen nii…. om Sam cepet bangeet keluarnya, bete kan” Lusii kembali menggoda.
Tangannya masih memainkan junior gw dari luar celana.
Memang permainan mereka tadi jauh lebih sebentar dibanding foreplaynya.
Maklum umur, hahaha.
“takut mbak, bisa dipecat kalo ketauan” gw menjawab berusaha menguatkan diri dan nyari motivasi.

Kemudian tangan Lusi melepaskan kait celana dan menurunkan restleting gw.
“gapapa, om Sam kalo mandi itu lama banget…. kalo mp3nya dah kedengeran berati udah mulai mandi, kalo lagunya mati berati selesai mandinya” Lusi berusaha meyakinkan gw.
Well kepalang tanggung, nafsu udah di ubun ubun gini.

“wah gede banget penis kamu den, jauh ama om Sam…” Lusii memuji sambil tangannya mengocok penis gw.
Gw meliat handycam yang masih gw pegang dan menaruhnya di meja kecil samping ranjang.
Lusi langsung inisiatif, kepalanya mendekati penis gw, terasa kemudian bibirnya di kepala penis gw, dan mulai masuk hingga setengah.
Perlahan tapi pasti Lusi mulai mengulum penis gw.
Semakin cepat Lusi mengulum penis gw, nafasnya pun terdengar semakin memburu.

Lusi melepaskan kulumannya, ia segera beranjak berdiri dan memposisikan diri tangannya memegang penis gw mengarahkan vaginanya untuk dimasuki penis gw.
Setengah duduk membelakangi gw ia menggesekan penis gw sebentar ke vaginanya, dan perlahan penis gw masuk kedalam vaginanya.
Terasa basah, hangat dan amat sempit.
Dan blesss…seluruh penis gw masuk ke liang vagina Lusi.
Tangan Lusi bertopang di paha gw, dan badannya mulai naik turun perlahan.
Kedua tangan gw meremas dada Lusi yang bergoyang bebas.
Sesekali gw mainkan putingnya.

Goyangan Lusi semakin cepat, begitu pula gw meremas dada Lusi semakin kencang.
Nafas Lusi yang sangat memburu berganti menjadi lenguhan.
Mppff, aahhhh….. 5 menit berlalu dan lenguhan Lusi menjadi semakin kencang… “aahhh mau keluaaar” beberapa detik kemudian kurasakan penis gw dibanjiri cairan hangat, meleleh keluar hingga membasahi paha gw.

Tempo permainan Lusi semakin lambat, agak lemas sepertinya namun lenguhannya masih cukup kencang.
Ngeri juga kalo ampe kedengeran Sam.
Gw sedikit menarik badan gw ke tengah kasur kemudian melempar tubuh gw ke kasur.
Lusi membalikan tubuhnya, kami berganti menjadi WOT.
Lusi nampak bersemangat kembali, ia bergoyang maju mundur, atas bawah dengan tempo yang lumayan cepat. tangan gw kembali meremas kedua dada Lusi.
Ia mulai kembali melenguh, gw pun mulai meracau.
Segera kutarik kepalanya, dan melumat bibirnya.
Ia membalas dengan liar.

Tubuh kami bergoyang cukup cepat, dan gw ga melepaskan ciuman kami.
Gw takut juga kalo dia melenguh terlalu keras.
4 menit berlalu, Lusi menggigit bibir bawah gw, tubuhnya meregang. Dan kembali kurasakan orgasme kedua Lusi.
Cairan hangat itu kembali menyembur kearah penis gw.
Kali ini lebih banyak dari yang sebelumnya.
Lusi berhenti bergoyang “aku capek…kamu kenapa belom keluar juga sih?” dan gw hanya tersenyum sambil mulai bergoyang.
Lusi mulai terangsang kembali hingga ia mulai melenguh.
“jangan kelamaan, ntar Sam keburu keluar” dan kata2 Lusii seketika membuyarkan kenikmatan gw.

Gw menggulingkan tubuh Lusi hingga penis gw keluar dari vaginanya. Gw memberi instruksi agar ia mengambil posisi menungging di bibir ranjang.
Gw berdiri di belakangnya, pas posisinya.
Segera gw arahkan penis gw masuk ke vaginanya.
Kini kami dalam posisi doggie style.
Kupegang erat pinggulnya dan perlahan memompanya.
Perlahan dan semakin cepat.
Lusii mulai kembali melenguh.
Gw tau gw ga punya banyak waktu, kedua tangan gw kemudian memegang dan meremas perlahan dada Lusi yang bergantung bebas, dan gw percepat pola permainan gw.
Tangan Lusi seketika mengambil bantal yang tergeletak di dekatnya dan menutupi wajahnya.
Gw pompa semakin cepat.

Suara erangan Lusi cukup kencang namun diredamkan oleh bantal. Sedangkan gw berusaha menahan lenguhan sebisanya sambil terus memompa cepat vaginanya.
Vagina yang sudah sangat basah itu mengeluarkan bunyi yg cukup kencang ketika penis gw memompanya.

“shhh aahhh mau keluar neng…” Lusi melepaskan bantal dari wajahnya dan menjawab “
mff aaaaaah aku juga…di dalem ajaaa”

Kembali terasa cairan hangat membanjiri vagina, dan nyaris bersamaan gw mencapai orgasme, croot croot croot croot…6 tembakan bersarang langsung ke dalam liang vagina Lusi.
Gw masih tetap memompa dengan tempo yang semakin lambat.
Semenit kemudian baru lah gw cabut penis gw yang mulai menyusut dari vagina Lusi.
Dan gw lihat cairan putih sperma gw bercampur cairan vagina Lusii meleleh keluar dari vaginanya.

Lusii tergolek lemas sesaat, dan berusaha bangkit.
Gw masih berdiri di tepi ranjang, mencoba mengatur nafas.
Lusi duduk bersila di hadapan gw.
Vaginanya masih terus mengeluarkan cairan kental kami.
Ia menjilati penis gw dan mengulumnya sebentar, mencoba membersihkan gw rasa.
“u’re the greatest” puji Lusi… “kamu juga”

Gw kembali memakai celana gw, sementara Lusi membersihkan vaginanya.
“mending kamu buruan deh sebelum Sam selesai mandi” dan gw menjawab dengan memegang lembut dagunya dan kembali menciumnya.
“okeh, thx bgt…” gw beranjak keluar dari kamar tersebut.
gw tau tugas gw sangat terbengkalai dan gw akan ngelembur ampe magrib, tapi ga apa lah untuk sebuah kesenangan yang sangat langka ini.

CERITA SEX BERCINTA DENGAN TUNANGAN TEMAN


Seorang Pria bernama Dodi yang menaruh hati kepada teman wanita sekantornya.
Teman wanita dari dodi itu tak lain adalah tunangan teman sekantor Dodi yang beranama fredi.
Dodi pun tidak memperdulikan status wanita itu, dan pada akhirnya dodi pun bersetubuh dengan tunangan Fredi.
Namaku Dodi ( nama samaran ), usiaku saat ini 26 tahun, tinggi badan 173 cm, dan berat badanku 68 kg.

Aku mengenal salah satu wanita dikantorku bernama Devinta, dia adalah sosok wanita yang aku kenal baru saja.
Tapi entah mengapa aku sudah jatuh hati dengan dia.
Mungkin saja aku jatuh cinta karena kecantikannya, selain cantik dia juga wanita yang ramah dan flexybel.
So, dengan kepribadianya dia mempunyai banyak teman, namun mayoritas temannya adalah Pria.
Meskipun belum lama mengenalku Devinta sendiri sudah sangat akrab sekali denganku.
Oh iya gan, Devinta ini memiliki tubuh yang sangat ideal sekali.

Dia mempunyai tinggi badan 169 cm dengan berat badan 56 kg, dengan berat badan dan tinggi yang ideal body-nya terlihat sangat sexy. Ditambah lagi Devinta juga mempunyai payudara yang lumayan indah, payudara yang tidak begitu besar, tapi terlihat padat dan bulat. Apalagi pantat Devinta sangat semok, kenyal dan kencang, hal itu menambah kesempurnaan Devinta.
Hari demi hari aku-pun semakin dengan dia, tapi kedekatanku itu agak membuatku kecewa, Karena Devinta adalah kekasih temanku yang bernama Fredi dan sebentar lagi akan bertunangan.
Huh, Tapi meskipun Devinta akan bertunangan, tapi tidak merubah kedekatan dengan teman-teman Pria-nya termasuk aku.
Rasa cintaku kepada Devinta pun tidak pernah hilang.

Jujur saja gan, aku selalu berharap agar hubungan Devinta agar bubar.
Tapi nampaknya harapanku kepada Devinta sedikit menemui titik terang, karena akhir-akhir ini aku dan dia selalu mengerjakan tugas kantor bersama, so, otomatis kita semakin dekat dong...
Pekerjaan yang kita kerjakan bersama membuat aku selalu bersama Devinta.
Tak jarang aku mendapatkan momen berdua dengan Devinta.
Dan aku pun memberanikan diri untuk sedikit menunjukan rasa suka ku kepada Devinta, tidak kusangka ternyata Devinta pun juga merasakaan hal yang sama juga.

Sampailah suatu hari aku melihat Devinta sedang duduk dan aku melihat nya sedang memandangi handphone-nya dengan sangat serius dan fokus.
Hal itu membuatku penasaran dan aku langsung menuju ketempat dia duduk, dengan cara mengendap-endap karena aku ingin tau apa yang dilihat oleh Devinta.
Sesampainya ditempat Devinta, ternyata dia sedang membaca artikel cerita sex disalah satu situs dewasa.
Kemudian secara refleks aku pun langsung mengagetkan dia,
“ Ouhhhh kamu suka baca begituan ya Dev, pantes aja kelihatan serius sekali..haha ?? ” tanyaku mengagetkan Devinta.

Secara refleks, Devinta pun langsung menutup Hanphone-nya dan berkata,
“ Kamu kok tiba-tiba disini, emang kamu dari mana, kok aku gak tau kedatanganmu Dod?? ” tanya Devinta dengan terkejut.
“ Udah deeeh gak usah malu-malu, lanjutin aja bacanya” ujarku.
“ Enggak aahh ada kamu” balas Devinta.

“ Gak papa kok, kadang aku juga suka baca yang begituan kok” ucapku.
“ Aaahhh kamu ternyata sama aja Dod” ucapnya,
“ Emang kalau baca aja, nanti kalau sudah horny kamu ngapain Dev?? ” tanyaku.
“ Ya gak ngapa-ngapain to Dod, ya mau ngapain lagi” jawab Devinta.
“ Aaaahhh yang bener, cewek kalau horny kan biasanya minta disetubuhi Dev? ” cetusku sambil mendekatkan tubuhku kepada Devinta.

“ Iyhaa bener juga siiih kata kamu Dod” jawab Devinta sambil tertawa.
Dan kemudian Devinta mengatakan sesuatu yang sangat mengagetkan hatiku.
“ Kamu udah punya pacar Dod..? ” tanya Devinta.
“ Eh, belom.. nggak laku Dev.. mana ada yang mau sama Aku..? ” jawabku sedikit berbohong.
“ Ah bohong Kamu Dod..! ” ucap Devinta sambil mencubit lenganku.
Secara tiba- tiba aliran darahku-pun seperti mengalir dengan cepat, otomatis tititku pun berdiri dengan perlahan, aku jadi salah tingkah.
Sepertinya Devinta melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi dia langsung menarik tanganku.

“ Ada apa Dev..? Minumannya sudah habis juga..? ” kataku pura-pura bodoh.
“ Dod, Kamu mau nolongin Aku..? ” ucap Devinta seperti memelas.
“ Iyaa.., ada apa Dev..? ” jawabku.
“ Aku.., Aku.. pengen bercinta Dod..? ” pinta Devinta.
“ Hah..! ”
kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku.
“ Ka.., Kamu..? ” ujarku terbata-bata.

Belum juga kusempat meneruskan kata- kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku.
Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu.
Walaupun ini mungkin bukan yang pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama kalinya merasakan dengan orang yang baru kukenal.
Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku.

“ Aku pengen bercinta sama Kamu, Dod..! Puasin Aku Dod..!” Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, “ Aahh..! ” aku mendesah.
Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku.
Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak beraturan.
Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam.
Ia mendesah kenikmatan.

“ Aahh Dod..! ” dessahnya,
Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu tanganku mulai menjalar ke belakang, ke dalam Kaosnya.
Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas.
Kemudian aku mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin karena nafsu yang sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit tetapi sakitnya sakit nikmat.
“ Dod.., buka dong bajunya..! ” katanya manja.
“ Bukain dong Dev.., ” kataku. Sambil menciumiku,
Devinta membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur.
Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku.
Aku hanya bisa mendesah karena nikmatnya.

“ Akhh.., Dev. ” desahku,
Kemudian Devinta mulai membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga.
Akhirnya tinggal celana dalam saja.
Dia tersenyum ketika Melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas.
Devinta Melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu.
Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya.
Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali. Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya.

“ Okhh.. nikmat sekali, ” kataku dalam hati,
Sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot.
Devinta sangat menikmatinya, sekali- sekali dia gigit kemaluanku.

“ Auwww.., sakit dong Dev..! ” kataku sambil agak meringis.
Devinta seperti tidak mendengar ucapanku, dia masih tetap saja memaju- mundurkan kepalanya.
Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat juga, aku sudah tidak kuat lagi menahannya..
“ Dev, Aku mau keluar.. akhh..! ” Devinta cuek saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya,

“ Croott.. croott.. croott.. !!! ”
Aku menyemburkan Spermaku ke dalam mulut Devinta.
Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga tetapi nikmat.
Setelah cairannya benar-benar bersih, Devinta kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya, sampai akhirnya dia telanjang bulat.
Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku.

“ Puasin Aku Dod..! ” katanya sambil memeluk tubuhku,
Kemudian dia menuju tempat tidur.
Sampai disana dia tidur telentang.
Aku lalu mendekatinya, tubuhnya yang elok kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga kirinya.
Dia mendesah keenakan,
“ Ssss Uhhhh Aahh. ” Mendengar desahannya, aku tambah bernafsu kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya.
Kujilati putingnya yang sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan, sambil kadang kupelintir putingnya.

“ Okkhh..! Dodi sayang, terus Dod..! Okhh..! ” desahnya mulai tidak menentu.
Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah.
Kujilati sekitar pangkal pahanya, Devinta mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus Vaginanya, lalu kumasukkan mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu adalah Itil.
Devinta semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air.
Kemudian aku mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuak sedikit bibir kemaluannya terlihat jelas sekali apa yang namanya Itil, dengan agak sedikit menahan nafas kusedot Itilnya.

“ Aakkhh.. Dod.., ” Devinta menjerit agak keras,
Rupanya dia sudah orgasme karena aku merasakan cairan yang menyemprot hidungku kaget juga aku.
Mungkin ini pengalaman pertamaku menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah.
Aku masih saja menjilati dan menyedot Itilnya.

“ Dod..! Masukin Dod..! Masukin..! ” pinta dia dengan wajah memerah menahan nafsu.
Aku yang dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan kejantananku ke mulut kemaluannya kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluannya.
“ Udah dong Dod..! Cepet masukin..! ” katanya manja.
Hemmm rupanya ini cewek nggak sabaran banget ya ( kataku dalam hati ).
Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai ke lantai, terlihat kemaluannya yang menyembul.
Pahanya kulebarkan sedikit, kemudian kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah.
Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku.
“ Bless..! ” akhirnya kemaluanku terbenam di dalam liang kemaluan Devinta.
“ Aaakkhh Dod..! ” desah Devinta.

Kaget juga dia karena sentakan kemaluanku yang langsung menerobos kemaluan Devinta.
Aku mulai mengerakkan tubuhku, makin lama makin cepat kadang- kadang sambil meremas- remas kedua payudaranya.
Kemudian kubungkukkan badanku, lalu kuhisap puting susunya.

“ Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..! ” erang Devinta sambil tangannya memegang kedua pipiku.
Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba- tiba tubuh Devinta mengejang,
“ Aaakkhh! ”

Ternyata Devinta sudah mencapai puncaknya duluan.
“ Aku udah keluar duluan Sayang..! ” ucapnya,
“ Aku masih lama Dev.., ” kataku sambil masih menggenjot tubuhku.
Kemudian kuangkat tubuh Devinta ke tengah tempat tidur, secara spontan, kaki Devinta melingkar di pinggangku.
Aku menggenjot tubuhku, diikuti goyangan pinggul Devinta.
“ Aakkhh Dev.., punya Kamu enak sekali” kataku memuji,
Devinta hanya tersenyum saja.
Aku juga heran, kenapa aku bisa lama juga keluarnya.
Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat, kami masih mengayuh bersama menuju puncak kenikmatan.
Akhirnya aku tidak kuat juga menahan kenikmatan ini.

“ Aahh Dev.., Aku hampir keluar.., ” kataku agak terbata-bata.
“ Aku juga Dod..! Kita keluarin sama - sama ya Sayang..! ” kata Devinta sambil menggoyang pantatnya yang semok dan kenyal itu.

Goyangan pinggul Devinta semakin liar.
Aku pun tidak kalah sama halnya dengan Devinta, frekuensi genjotanku makin kupercepat sampai pada akhirnya,
“ Aaakkhh! ” jerit Devinta sambil menancapkan kukunya ke pundakku.
“ Aakhh, Devinta.., Aku sayang Kamuu..! ” erangku sambil mendekap tubuh Devinta.
Kami terdiam beberap saat, dengan nafas yang tersenggal-senggal seperti pelari marathon yang berlari beberapa Kilometer.
“ Kamu strong sekali ya Dod, makasih ya Dod udah muasin aku. emuaaachhh! ” puji Devinta sembari mengecup bibirku.

“ Iya Dev, aku juga makasih banget karena hari ini kamu udah buat aku puass juga, emuuuuachhh ” pujiku sembari kubalas ciuman kecilnya tadi.

Singkat cerita setelah kami melakukan hubungan intim tadi, kami pun berpelukan erat dan sejenak menghela nafas.
Tak lama kemudian kami-pun bergegas merapikan diri dan memakai pakain kami, karena kami takut kejadian skandal kami dipergoki tunangannya.
Sejak kejadian itu kami pun sering melakukan hubungan sex dimana saja selama ada kesempatan, dan sampai sekarang hubungan kami masih berlanjut.

CERITA SEX BERCUMBU DENGAN TANTE SEPANJANG HARI


Jam lima pagi, aku terjaga lagi Kali ini terasa agak dingin dihembus kipas angin dari atas.
Kuambil selimut sambil melihat Tante yang masih berposisi telanjang bongkok udang.
Hal ini menarikku untuk memeluknya dari belakang.
Kutebarkan selimut lebar itu hingga menutupi tubuh kami berdua. Tangan kiri kusisipkan di bawah badannya dan tangan kananku kupelukkan melingkupi dadanya.
Pinggulku kulekatkan ke arah pantatnya, sehingga otomatis zakarku menempel di situ pula, di sela-sela paha belakangnya.

Dasar darah mudaku masih panas, sejenak kemudian burung kecilku sudah jadi ‘garuda’ perkasa yang siap tempur lagi.
Kugerak-gerakkan menusuki sela-sela paha belakang Tante. Tanganku pun tidak tinggal diam dan mulai memelintir puting Tante kiri-kanan seraya meremas-remas gumpalan kenyal itu.
Kontan mendapat perlakuan seperti itu Tanteku terbangun dan bereaksi.

“Sudah, Ron..! Jangan lagi..!” tubuh Tante beringsut menjauhiku, namun aku tetap memeluknya erat.

Bahkan dengkulku sekarang berupaya membuka pahanya dari belakang. Tante beringsut menjauh lagi dan kedua tangannya berusaha melepas pelukanku.

“Jangan, Ron..! Aku ini Tantemu” rintihnya sambil tetap membelakangiku.

“Tapi, tadi kita sudah melakukannya, Tante?” tanyaku tidak mengerti. Pelukanku tetap.

“Ya. Ta.. tadi Tante.. khilaf..”

“Khilaf..? Tapi kita sudah melakukannya sampai dua kali Tante?” aku tidak habis mengerti.

Kulekatkan lagi zakarku ke pantatnya.
Tante menghindar.

“Ii.. ya, Ron. Tante tadi benar-benar tak mampu.. menahan nafsu.. Tante sudah lama tidak melakukan ini sejak Oom-mu meninggal. Dan sekarang kamu merangsang Tante sampai Tante terlena.”

“Masak terlena sampai dua kali?”

“Yang pertama memang. Tante baru terbangun setelah.., Roni mem.. memasuki Tante.
Tante mau melawan tapi tenagamu kuat sekali sampai akhirnya Tante diam dan malah jadi terlena.”

“Kalau yang kedua, Tante..?” tanyaku ingin tahu sambil mendekap lebih erat.
Tante menghindar dan menepisku lagi.

“Kamu mencium bibir Tante. Di situ lah kelemahan Tante, Ron. Tante selalu terangsang kalau berciuman..”

“Oh, kalau begitu Tante kucium saja sekarang ya..? Biar Tante bernafsu lagi.” pintaku bernafsu sambil berupaya memalingkan wajah Tante.
Tapi Tante menolak keras.

“Jangan, Ron..! Sudah cukup. Kita jangan berzinah lagi. Tante merasa berdosa pada Oom-mu. Hik.. hik.. hik..” Tante terisak.

Aku jadi mengendurkan serangan, meski tetap memeluknya dari belakang.

Kemudian kami terdiam. Dalam dekapanku terasa Tante sedang menangis.
Tubuhnya berguncang kecil.

“Ya sudah, Tante. Sekarang kita tidur saja. Tapi bolehkan Roni memeluk Tante seperti ini..?”

Tidak kuduga Tante justru berbalik menghadapku sambil membetulkan selimut kami dan berkata, “Tapi kamu harus janji tak akan menyetubuhi Tante lagi kan, Ron?”

“Iya, Tante. Aku janji.., anggap saja Tante sekarang sedang memeluk anak Tante sendiri.”

Sekilas kulihat bibir Tante tersenyum.
Di bawah selimut, aku kembali memeluknya dan kurasakan tangan Tante juga memelukku.
Buah dada besarnya menekan dadaku, tapi aku mencoba mematikan nafsuku.
Zakarku, meski menyentuh pahanya, juga kutahan supaya tidak tegang lagi.
Wajah kami berhadap-hadapan sampai napas Tante terasa menerpa hidungku.
Matanya terpejam, aku pun mencoba tidur.

Mungkin saking lelahnya, dengan cepat Tante terlelap lagi.
Namun lain halnya dengan aku.
Terus terang, meski sudah berjanji mana bisa aku mengekang terus nafsu birahiku, terutama si ‘garuda’ kecilku yang sudah mulai mengepakkan sayapnya lagi.
Dengan tempelan buah dada sebesar itu di dada dan pelukan hangat tubuh polos menggairahkan begini, mana bisa aku tidur tenang? Mana bisa aku menahan syahwat? Jujur saja, aku sudah benar-benar ingin segera menelentangkan Tante, menusuk dan memompanya lagi!

Tapi aku sudah janji tidak akan menyetubuhinya lagi.
Mestikah janji ini kuingkari? Bisakah tidak mengingkari janji tapi tetap dapat menyebadani Tante? Benakku segera berputar, dan segera ingat kata-kata Tante tadi bahwa dia paling mudah terangsang kalau dicium.
Mengapa aku tidak menciumnya saja? Bukankah mencium tidak sama dengan menyetubuhi?

Ya, pelan tapi pasti kusisipkan kaki kiri di bawah kaki kanan Tante, sedang kaki kananku kumasukkan di antara kakinya sehingga keempat kaki kami saling bertumpang tindih.
Aku tidak perduli zakarku yang sudah jadi tonggak keras melekat di pahanya.
Kurapatkan pelukan dan dekapanku ke tubuh Tante, wajahku kudekatkan ke wajahnya dan perlahan bibirku kutautkan dengan bibirnya.

Lidahku kembali berupaya memasuki rongga mulutnya yang agak menganga.
Aku terus bertahan dengan posisi erotis ini sambil agak menekan bagian belakang kepala Tante supaya pertautan bibir kami tidak lepas.
Dan usahaku ternyata tidak sia-sia.
Setelah sekitar 30 menit kemudian, tubuhku mulai pegal-pegal, kurasakan gerakan lidah Tante.
Serta merta gerakannya kubalas dengan jilatan lidah juga.

“Emm.. emm.. mm..” desis Tante sambil membelit lidahku.

Kepalanya kutekan makin kuat dan aku berusaha menyedot lidahnya hingga masuk ke mulutku.
Kukulum lidahnya dan kupermainkan dengan lidahku.
Kusedot, kusedot dan kusedot terus sampai Tante agak kesakitan, lalu kubelit-belit lagi dengan lidahku.
Ya, silat lidah ini berlangsung cukup lama dan ketika tanpa sengaja pahaku menyenggol vagina tante, terasa agak basah.
Pasti Tante terangsang, pikirku.
Tapi aku tidak mau memulai, takut melanggar janji.
Biar Tante saja yang aktif.

Maka aku pun berusaha menambah daya rangsang pada diri Tante. Pelan tangan kirinya kubimbing untuk menggenggam zakarku.
Meski mula-mula enggan, tapi lama kelamaan digenggamnya juga ‘garuda perkasa’-ku.
Bahkan dipijit-pijit sehingga aku pun menggelinjang keenakan.

“Shh.. shh..!” desisku sambil mengulum lidahnya.

Tangan kananku, setelah membimbing tangan kiri Tante menggenggam zakarku lalu meneruskan perjalanannya ke celah paha Tante yang sudah basah.
Kusibakkan rambut-rambut tebal itu, mencari celah-celah lalu menyisipkan jari telunjuk dan tengahku di situ.
Kugerakkan ke keluar-masuk dan Tante mendesis-desis, genggamannya di zakarku terasa mengeras.
Aku tidak tahan lagi.

“Masukin ya, Tante?” bisikku, lupa pada janjiku.

“Ja.. jangan, Ron..!”

“Ak.. aku nggak tahan lagi, Tante..!” pintaku.

“Di.. dijepit paha saja ya, Ron..?”

Tanpa kusuruh, Tante lalu telentang dan mengangkangkan pahanya. Pelan aku menaikinya.
Tante membimbing zakarku di antara pahanya sekitar sejengkal di bawah vagina, lalu menjepitnya.
Ia menggerak-gerakkan pahanya sehingga zakarku terpelintir-pelintir nikmat sekali.

Payudara besar Tante menekan dadaku juga.
Tangan kiriku mengutil-ngutil puting kanannya.
Ciuman ke bibirnya kulanjutkan lagi, jemari tangan kananku juga terus berupaya memasuki vagina Tante dan mengocoknya.

“Heshh.. heshh.. Ron.. mm..,” Tante sulit bicara karena mulutnya masih kukulum.

“Tanganmu.. Ron..!” tangan kanan Tante berusaha menghentikan kegiatan tangan kiriku di putingnya, sedang tangan kanannya berusaha menghentikan kegiatan jemari kananku di vaginanya.

Dipegangnya jemariku.
Aku hentikan gerakan, tapi tiga jari tetap terendam di vagina basah itu dan kukutil-kutil kecil.
Sampai Tante tidak tahan dan mengangkangkan sedikit pahanya hingga jepitan pada zakarku terlepas.
Cepat kutarik jemariku dari situ dan kunaikkan sedikit tubuhku sehingga sekarang ganti zakarku berada di pintu gerbang nikmat itu.
Kepalanya malah sudah menyeruak masuk.

“Hshh.. Ron, jangan dimasukkan..!” Tante buru-buru memegang zakarku, digenggamnya.

“Tapi aku sudah nggak tahan Tante..” desisku.

“Cukup kepalanya saja, Ron.. dan jangan dikocok..!” Tante memperketat genggamannya, sementara aku semakin memperderas tekanan ke vaginanya.

“Ii.. ingat janjimu, Ron..!”

“Ta.. tapi Tante juga ingin kan?” tanyaku polos.

“Ii.. iya sih, Ron. Tante juga sudah nggak tahan. Tapi ini zinah namanya.”

“Apa kalau tidak dimasukkan bukan zinah, Tante?” tanyaku bloon.

“Bu.. bukan, Ron. Asal burungmu tidak masuk ke vagina Tante, bukan zinah..” aku jadi bingung.

Terus terang tidak mengerti definisi zinah menurut Tante ini.

“Kalau begitu, apa Tante punya jalan keluar? Kita sudah sama-sama terangsang berat. Tapi kita nggak mau berzinah.”

“Egh.. gini aja Ron. Tante akan.. ugh.. mengulum punyamu. Turunlah sebentar..!”

Dan aku pun menurut, turun dari atas Tante dan telentang.
Tante bangkit lalu memutar badannya dan mengangkangiku.
Mulutnya ada di atas zakarku dan vaginanya di atas wajahku. Kurasakan ia mulai menggenggam dan mengulum ‘garuda perkasa’-ku. Dikulum dan digerakkan naik turun di mulutnya.

Shiit.. hsshh.. nikmat sekali.
Jemariku segera menangkap pinggulnya yang bergerak maju mundur dan segera kuselipkan empat jari kanan ke vaginanya.
Kugerakkan cepat, malah agak kasar, keluar masuk sampai basah semua.

“Ugh.. uughh.. uagh.. Ron..! Ron, Tante mau keluar, mm.. mm..” Tante terus mengulum sambil meracau.

Sekejap kemudian tubuhnya berhenti bergerak, lalu pinggul yang kupegangi terasa berkejat-kejat.
Kemudian cairan hangat membanjiri tanganku dan sebagian menetesi dadaku.
Kurasakan cairan itu seperti air maniku hanya lebih encer dan bening.

Tante kemudian terkapar kelelahan di atasku dengan posisi mulutnya tetap mengulum zakarku sambil mengocoknya.
Tidak berapa lama, aku pun merasa mau keluar.

“Egh.. egh.. Tante Aku mau keluar..!” Tante malah mempercepat kocokannya dan memperdalam kulumannya.

Aku berkejat dan muncrat memasuki mulut Tante dan ditelannya, semuanya habis ditampung mulut Tante.
Akhirnya aku pun lemas dan ikut menggelepar kelelahan.

Tangan-kakiku terkapar lemas ke kiri-kanan.
Tante juga terkapar kelelahan namun mulutnya masih terus menjilati zakarku sampai bersih, barulah kemudian dia berbalik dan memelukku.
Wajah kami berhadapan, mata Tante merem-melek.

“Kalau yang barusan ini bukan zinah tante?” tanyaku lagi.

“Bukan, Ron.. karena kamu tidak memasukkan burungmu ke vagina Tante.” jawabnya sambil mata memejam.

Aku tidak tahu apakah jawabnya itu benar atau salah.
Namun, setelah kupikir-pikir, aku lalu bertanya lagi, “Jadi kalau begitu, boleh dong kita melakukan lagi seperti yang barusan ini, Tante?”

“He-eh..” jawabnya sambil terkantuk-kantuk kemudian dengkur kecilnya mulai terdengar lagi.

Jam enam pagi waktu itu.
Aku pun segera menebarkan selimut lagi di atas tubuh polos kami dan memeluknya dengan ketat.
Rasanya aku tidak mau melepaskan tubuh Tante walau sekejap pun. Persetan dengan pekerjaan, persetan dengan kuliah.
Sengaja aku juga tidak mengingatkan Tante akan pekerjaan kami.
Aku malah berharap menginap lagi semalam, biar ada kesempatan bersebadan dengan Tante lebih lama lagi.
Sepanjang hari ini aku mau bercumbu terus dengan Tante, sampai spermaku keluar sepuluh kali lagi! Begitu angan-angan jorokku.

Ya, akhirnya memang kami hari itu tidak keluar kamar dan memperpanjang menginap sehari lagi.
Selama di dalam kamar, di atas ranjang, kami tidak pernah mengenakan pakaian barang selembar pun.
Hampir setiap tiga jam sekali aku dan Tante sama-sama mengalami orgasme, meskipun hanya pakai bantuan tangan atau mulut dan lidah.

Namun, akhirnya Tante terlena dan aku pun bebas memasukkan penisku ke vaginanya.
Tentunya setelah kami pulang dari perjalanan bisnis berkesan itu, dan kembali pulang ke rumah.
Kesempatan itu terbuka lebar karena memang aku suka tinggal di rumahnya.

CERITA SEX AKU DI SETUBUHI OLEH TEMAN AYAHKU


Namaku Karina, usiaku 17 tahun dan aku adalah anak kedua dari pasangan Manado-Sunda.
Kulitku putih, tinggi sekitar 168 cm dan berat 50 kg.
Rambutku panjang sebahu dan ukuran dada 36B.
Dalam keluargaku, semua wanitanya rata-rata berbadan seperti aku, sehingga tidak seperti gadis-gadis lain yang mendambakan tubuh yang indah sampai rela berdiet ketat.
Di keluarga kami justru makan apapun tetap segini-segini saja.

Suatu sore dalam perjalanan pulang sehabis latihan cheers di sekolah, aku disuruh ayah mengantarkan surat-surat penting ke rumah temannya yang biasa dipanggil Om Robert.
Kebetulan rumahnya memang melewati rumah kami karena letaknya di kompleks yang sama di perumahan elit selatan Jakarta.

Om Robert ini walau usianya sudah di akhir kepala 4, namun wajah dan gayanya masih seperti anak muda.
Dari dulu diam-diam aku sedikit naksir padanya.
Habis selain ganteng dan rambutnya sedikit beruban, badannya juga tinggi tegap dan hobinya berenang serta tenis.
Ayah kenal dengannya sejak semasa kuliah dulu, oleh sebab itu kami lumayan dekat dengan keluarganya.

Kedua anaknya sedang kuliah di Amerika, sedang istrinya aktif di kegiatan sosial dan sering pergi ke pesta-pesta.
Ibu sering diajak oleh si Tante Mela, istri Om Robert ini, namun ibu selalu menolak karena dia lebih senang di rumah.

Dengan diantar supir, aku sampai juga di rumahnya Om Robert yang dari luar terlihat sederhana namun di dalam ada kolam renang dan kebun yang luas.
Sejak kecil aku sudah sering ke sini, namun baru kali ini aku datang sendiri tanpa ayah atau ibuku.
Masih dengan seragam cheers-ku yang terdiri dari rok lipit warna biru yang panjangnya belasan centi diatas paha, dan kaos ketat tanpa lengan warna putih, aku memencet bel pintu rumahnya sambil membawa amplop besar titipan ayahku.

Ayah memang sedang ada bisnis dengan Om Robert yang pengusaha kayu, maka akhir-akhir ini mereka giat saling mengontak satu sama lain.
Karena ayah ada rapat yang tidak dapat ditunda, maka suratnya tidak dapat dia berikan sendiri.

Seorang pembantu wanita yang sudah lumayan tua keluar dari dalam dan membukakan pintu untukku.
Sementara itu kusuruh supirku menungguku di luar.
Ketika memasuki ruang tamu, si pembantu berkata, “Tuan sedang berenang, Non. Tunggu saja di sini biar saya beritahu Tuan kalau Non sudah datang.”
“Makasih, Bi” jawabku sambil duduk di sofa yang empuk.

Sudah 10 menit lebih menunggu, si bibi tidak muncul-muncul juga, begitu pula dengan Om Robert.
Karena bosan, aku jalan-jalan dan sampai di pintu yang ternyata menghubungkan rumah itu dengan halaman belakang dan kolam renangnya yang lumayan besar.
Kubuka pintunya dan di tepi kolam kulihat Om Robert yang sedang berdiri dan mengeringkan tubuh dengan handuk.

“Ooh..” pekikku dalam hati demi melihat tubuh atletisnya terutama bulu-bulu dadanya yang lebat, dan tonjolan di antara kedua pahanya.
Wajahku agak memerah karena mendadak aku jadi horny, dan payudaraku terasa gatal.
Om Robert menoleh dan melihatku berdiri terpaku dengan tatapan tolol, dia pun tertawa dan memanggilku untuk menghampirinya.

“Halo Karin, apa kabar kamu..?” sapa Om Robert hangat sambil memberikan sun di pipiku.
Aku pun balas sun dia walau kagok, “Oh, baik Om. Om sendiri apa kabar..?”
“Om baik-baik aja. Kamu baru pulang dari sekolah yah..?” tanya Om Robert sambil memandangku dari atas sampai ke bawah.
Tatapannya berhenti sebentar di dadaku yang membusung terbungkus kaos ketat, sedangkan aku sendiri hanya dapat tersenyum melihat tonjolan di celana renang Om Robert yang ketat itu mengeras.

“Iya Om, baru latihan cheers. Tante Mella mana Om..?” ujarku basa-basi.
“Tante Mella lagi ke Bali sama teman-temannya. Om ditinggal sendirian nih” balas Om Robert sambil memasang kimono di tubuhnya.
“Ooh..” jawabku dengan nada sedikit kecewa karena tidak dapat melihat tubuh atletis Om Robert dengan leluasa lagi.
“Ke dapur yuk..!”

“Kamu mau minum apa Rin..?” tanya Om Robert ketika kami sampai di dapur.
“Air putih aja Om, biar awet muda” jawabku asal.
Sambil menunggu Om Robert menuangkan air dingin ke gelas, aku pindah duduk ke atas meja di tengah-tengah dapurnya yang luas karena tidak ada bangku di dapurnya.
“Duduk di sini boleh yah Om..?” tanyaku sambil menyilangkan kaki kananku dan membiarkan paha putihku makin tinggi terlihat.
“Boleh kok Rin” kata Om Robert sambil mendekatiku dengan membawa gelas berisi air dingin.

Namun entah karena pandangannya terpaku pada cara dudukku yang menggoda itu atau memang beneran tidak sengaja, kakinya tersandung ujung keset yang berada di lantai dan Om Robert pun limbung ke depan hingga menumpahkan isi gelas tadi ke baju dan rokku.
“Aaah..!” pekikku kaget, sedang kedua tangan Om Robert langsung menggapai pahaku untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
“Aduh.., begimana sih..? Om nggak sengaja Rin. Maaf yah, baju kamu jadi basah semua tuh. Dingin nggak airnya tadi..?” tanya Om Robert sambil buru-buru mengambil lap dan menyeka rok dan kaosku.

Aku yang masih terkejut hanya diam mengamati tangan Om Robert yang berada di atas dadaku dan matanya yang nampak berkonsentrasi menyeka kaosku.
Putingku tercetak semakin jelas di balik kaosku yang basah dan hembusan napasku yang memburu menerpa wajah Om Robert.
“Om.. udah Om..!” kataku lirih.
Dia pun menoleh ke atas memandang wajahku dan bukannya menjauh malah meletakkan kain lap tadi di sampingku dan mendekatkan kembali wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil mengelus rambutku.

“Kamu cantik, Karin..” ujarnya lembut.
Aku jadi tertunduk malu tapi tangannya mengangkat daguku dan malahan menciumku tepat di bibir.
Aku refleks memejamkan mata dan Om Robert kembali menciumku tapi sekarang lidahnya mencoba mendesak masuk ke dalam mulutku.
Aku ingin menolak rasanya, tapi dorongan dari dalam tidak dapat berbohong.
Aku balas melumat bibirnya dan tanganku meraih pundak Om Robert, sedang tangannya sendiri meraba-raba pahaku dari dalam rokku yang makin terangkat hingga terlihat jelas celana dalam dan selangkanganku.

Ciumannya makin buas, dan kini Om Robert turun ke leher dan menciumku di sana.
Sambil berciuman, tanganku meraih pengikat kimono Om Robert dan membukanya.
Tanganku menelusuri dadanya yang bidang dan bulu-bulunya yang lebat, kemudian mengecupnya lembut.
Sementara itu tangan Om Robert juga tidak mau kalah bergerak mengelus celana dalamku dari luar, kemudian ke atas lagi dan meremas payudaraku yang sudah gatal sedari tadi.

Aku melenguh agak keras dan Om Robert pun makin giat meremas-remas dadaku yang montok itu.
Perlahan dia melepaskan ciumannya dan aku membiarkan dia melepas kaosku dari atas.
Kini aku duduk hanya mengenakan bra hitam dan rok cheersku itu.
Om Robert memandangku tidak berkedip.
Kemudian dia bergerak cepat melumat kembali bibirku dan sambil french kissing, tangannya melepas kaitan bra-ku dari belakang dengan tangannya yang cekatan.

Kini dadaku benar-benar telanjang bulat.
Aku masih merasa aneh karena baru kali ini aku telanjang dada di depan pria yang bukan pacarku.
Om Robert mulai meremas kedua payudaraku bergantian dan aku memilih untuk memejamkan mata dan menikmati saja.
Tiba-tiba aku merasa putingku yang sudah tegang akibat nafsu itu menjadi basah, dan ternyata Om Robert sedang asyik menjilatnya dengan lidahnya yang panjang dan tebal.
Uh.., jago sekali dia melumat, mencium, menarik-narik dan menghisap-hisap puting kiri dan kananku.

Tanpa kusadari, aku pun mengeluarkan erangan yang lumayan keras, dan itu malah semakin membuat Om Robert bernafsu.
“Oom.. aah.. aah..!”
“Rin, kamu kok seksi banget sih..? Om suka banget sama badan kamu, bagus banget. Apalagi ini..” godanya sambil memelintir putingku yang makin mencuat dan tegang.
“Ahh.., Om.. gelii..!” balasku manja.

“Sshh.. jangan panggil ‘Om’, sekarang panggil ‘Robert’ aja ya, Rin. Kamu kan udah gede..” ujarnya.
“Iya deh, Om” jawabku nakal dan Om Robert pun sengaja memelintir kedua putingku lebih keras lagi.
“Eeeh..! Om.. eh Robert.. geli aah..!” kataku sambil sedikit cemberut namun dia tidak menjawab malahan mencium bibirku mesra.

Entah kapan tepatnya, Om Robert berhasil meloloskan rok dan celana dalam hitamku, yang pasti tahu-tahu aku sudah telanjang bulat di atas meja dapur itu dan Om Robert sendiri sudah melepas celana renangnya, hanya tinggal memakai kimononya saja.
Kini Om Robert membungkuk dan jilatannya pindah ke selangkanganku yang sengaja kubuka selebar-lebarnya agar dia dapat melihat isi vaginaku yang merekah dan berwarna merah muda.

Kemudian lidah yang hangat dan basah itu pun pindah ke atas dan mulai mengerjai klitorisku dari atas ke bawah dan begitu terus berulang-ulang hingga aku mengerang tidak tertahan.
“Aeeh.. uuh.. Rob.. aawh.. ehh..!”
Aku hanya dapat mengelus dan menjambak rambut Om Robert dengan tangan kananku, sedang tangan kiriku berusaha berpegang pada atas meja untuk menopang tubuhku agar tidak jatuh ke depan atau ke belakang.

Badanku terasa mengejang serta cairan vaginaku terasa mulai meleleh keluar dan Om Robert pun menjilatinya dengan cepat sampai vaginaku terasa kering kembali.
Badanku kemudian direbahkan di atas meja dan dibiarkannya kakiku menjuntai ke bawah, sedang Om Robert melebarkan kedua kakinya dan siap-siap memasukkan penisnya yang besar dan sudah tegang dari tadi ke dalam vaginaku yang juga sudah tidak sabar ingin dimasuki olehnya.

Perlahan Om Robert mendorong penisnya ke dalam vaginaku yang sempit dan penisnya mulai menggosok-gosok dinding vaginaku. Rasanya benar-benar nikmat, geli, dan entah apa lagi, pokoknya aku hanya memejamkan mata dan menikmati semuanya.
“Aawww.. gede banget sih Rob..!” ujarku karena dari tadi Om Robert belum berhasil juga memasukkan seluruh penisnya ke dalam vaginaku itu.
“Iyah.., tahan sebentar yah Sayang, vagina kamu juga sempitnya.. ampun deh..!”
Aku tersenyum sambil menahan gejolak nafsu yang sudah menggebu.

Akhirnya setelah lima kali lebih mencoba masuk, penis Om Robert berhasil masuk seluruhnya ke dalam vaginaku dan pinggulnya pun mulai bergerak maju mundur.
Makin lama gerakannya makin cepat dan terdengar Om Robert mengerang keenakan.
“Ah Rin.. enak Rin.. aduuh..!”
“Iii.. iyaa.. Om.. enakk.. ngentott.. Om.. teruss.. eehh..!” balasku sambil merem melek keenakan.

Om Robert tersenyum mendengarku yang mulai meracau ngomongnya. Memang kalau sudah begini biasanya keluar kata-kata kasar dari mulutku dan ternyata itu membuat Om Robert semakin nafsu saja.
“Awwh.. awwh.. aah..!” orgasmeku mulai lagi.
Tidak lama kemudian badanku diperosotkan ke bawah dari atas meja dan diputar menghadap ke depan meja, membelakangi Om Robert yang masih berdiri tanpa mencabut penisnya dari dalam vaginaku.
Diputar begitu rasanya cairanku menetes ke sela-sela paha kami dan gesekannya benar-benar nikmat.

Kini posisiku membelakangi Om Robert dan dia pun mulai menggenjot lagi dengan gaya doggie style. Badanku membungkuk ke depan, kedua payudara montokku menggantung bebas dan ikut berayun-ayun setiap kali pinggul Om Robert maju mundur.
Aku pun ikut memutar-mutar pinggul dan pantatku.
Om Robert mempercepat gerakannya sambil sesekali meremas gemas pantatku yang semok dan putih itu, kemudian berpindah ke depan dan mencari putingku yang sudah sangat tegang dari tadi.

“Awwh.. lebih keras Om.. pentilnya.. puterr..!” rintihku dan Om Robert serta merta meremas putingku lebih keras lagi dan tangan satunya bergerak mencari klitorisku.
Kedua tanganku berpegang pada ujung meja dan kepalaku menoleh ke belakang melihat Om Robert yang sedang merem melek keenakan.
Gila rasanya tubuhku banjir keringat dan nikmatnya tangan Om Robert di mana-mana yang menggerayangi tubuhku.

Putingku diputar-putar makin keras sambil sesekali payudaraku diremas kuat.
Klitorisku digosok-gosok makin gila, dan hentakan penisnya keluar masuk vaginaku makin cepat.
Akhirnya orgasmeku mulai lagi.
Bagai terkena badai, tubuhku mengejang kuat dan lututku lemas sekali. Begitu juga dengan Om Robert, akhirnya dia ejakulasi juga dan memuncratkan spermanya di dalam vaginaku yang hangat.

“Aaah.. Riin..!” erangnya.
Om Robert melepaskan penisnya dari dalam vaginaku dan aku berlutut lemas sambil bersandar di samping meja dapur dan mengatur napasku. Om Robert duduk di sebelahku dan kami sama-sama masih terengah-engah setelah pertempuran yang seru tadi.

“Sini Om..! Karin bersihin sisanya tadi..!” ujarku sambil membungkuk dan menjilati sisa-sisa cairan cinta tadi di sekitar selangkangan Om Robert.
Om Robert hanya terdiam sambil mengelus rambutku yang sudah acak-acakan.
Setelah bersih, gantian Om Robert yang menjilati selangkanganku, kemudian dia mengumpulkan pakaian seragamku yang berceceran di lantai dapur dan mengantarku ke kamar mandi.

Setelah mencuci vaginaku dan memakai seragamku kembali, aku keluar menemui Om Robert yang ternyata sudah memakai kaos dan celana kulot, dan kami sama-sama tersenyum.
“Rin, Om minta maaf yah malah begini jadinya, kamu nggak menyesal kan..?” ujar Om Robert sambil menarik diriku duduk di pangkuannya.
“Enggak Om, dari dulu Karin emang senang sama Om, menurut Karin Om itu temen ayah yang paling ganteng dan baik” pujiku.
“Makasih ya Sayang, ingat kalau ada apa-apa jangan segan telpon Om yah..?” balasnya.
“Iya Om, makasih juga yah permainannya yang tadi, Om jago deh”
“Iya Rin, kamu juga. Om aja nggak nyangka kamu bisa muasin Om kayak tadi.”
“He.. he.. he..” aku tersipu malu.

“Oh iya Om, ini titipannya ayah hampir lupa” ujarku sambil buru-buru menyerahkan titipan ayah pada Om Robert.
“Iya, makasih ya Karin sayang..” jawab Om Robert sambil tangannya meraba pahaku lagi dari dalam rokku.
“Aah.. Om, Karin musti pulang nih, udah sore” elakku sambil melepaskan diri dari Om Robert.
Om Robert pun berdiri dan mencium pipiku lembut, kemudian mengantarku ke mobil dan aku pun pulang.

Di dalam mobil, supirku yang mungkin heran melihatku tersenyum-senyum sendirian mengingat kejadian tadi pun bertanya.
“Non, kok lama amat sih nganter amplop doang..? Ditahan dulu yah Non..?”
Sambil menahan tawa aku pun berkata, “Iya Pak, dikasih ‘wejangan’ pula..”
Supirku hanya dapat memandangku dari kaca spion dengan pandangan tidak mengerti dan aku hanya membalasnya dengan senyuman rahasia. He..he..he..